BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Konsep Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode
Metodologi berasal dari kata metode, metode secara etimologi berasal dari dua kata yaitu ”meta” dan ”hodos”. Meta berarti ”melalui” dan hodos berarti ”jalan”
atau ”cara”. Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara
atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Abd.
Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai
tujuan pengajaran.
Sedangkan
kata “logi” asal katanya “logos” yang pada akhir kata metode berarti ”gambar” atau “gambaran”. Dari
pengertian tersebut diatas maka metodologi maka metodologi adalah ilmu yang
menggambarkan berbagai macam cara atau jalan untuk mencapai tujuan pendidikan
dan pengajaran.
Salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam
sistem pembelajaran adalah metode atau cara mengajar. Cara mengajar dalam teori
pendidikan, sering disebut metodik. Pada perkembangan berikutnya, istila ini
menjadi Metodologi Pengajaran atau Metodologi Pembelajaran.
Dalam suatu proses pembelajaran tentu diperlukan adanya metode yang dapat dijadikan sarana untuk pencapaian tujuan
pembelajaran, menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2004: 18) bahwa Metode adalah cara-cara atau tehnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan
materi ajar.
Metode pembelajaran merupakan tehnik penyajian
yang dipilih dan ditetapkan seiring dengan pemanfaatan media dan sumber
belajar. Selain itu metode sering diterapkan secara kombinasi, tidak tunggal
sehingga keterbatasan satu metode dapat diatasi dengan metode lain. Menurut
Dewi Salma Prawiradilaga ( 2004:19) Metode pembelajaran secara garis besar
dapat dikelompokan kedalam :
a. Melekat dengan
penyajian guru, diantaranya metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab.
b. Terkait dengan proses
belajar seperti belajar kolaboratif, diskusi tim, belajar mandiri, metode
proyek, metode balajar berbasis masalah.
c. Berbasis teknolagi
seperti diskusi lewat internet pada kelas maya, tanya jawab baik langsung
(synchronuous) maupun tunda (asynchronuous).
Saat ini beberapa metode belajar yang dianggap
inovatif terhadap perkembangan kemampun kognitif dan kemandirian pebelajar.
Beberapa metode yang dianjurkan untuk digunakan adalah :
a. Belajar berbasis
masalah (problem based learning)
Metode ini mendorong pelajar untuk memecahkan
masalah dalam berbagai situasi.
b. Belajar proyek (projeck
based learning)
Belajar proyek adalah metode yang melatih
kemampuan pelajar untuk melakukan kegiatan di lapangan.
c. Belajar kolaborasi
Belajar kolaborasi ditekankan agar pelajar mampu
berlatih sebagai pemimpin dan membina koordinasi antar teman sekelas. Baik media, sumber
belajar maupun metode tidak ada yang terbaik atau salah satu mengungguli yang
lainnya. Kesemuanya merupakan atau kesatuan yang lain terkait dan saling
melengkapi satu dengan yang lain sehingga tercipta sajian yang maksimal untuk
dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Bahkan akhirnya akan
timbul satu kecocokan antara media, metode dan sumber belajar yang berdampak
positif baik bagi anak didik, guru maupun instansi atau sekolah yang
bersangkutan.
Bagi seorang guru yang menginginkan pencapaian
pembelajaran maksimal, pasti akan berusaha mendesain sebuah Proses Belajar
Mengajar dengan baik, mulai dari merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) hingga proses analisis hasil evaluasi termasuk di dalamnya adalah
pemilihan metode yang tepat terkait dengan materi ajar. Pemilihan metode ini
tentunya menyangkut pada kondisi sekolah, siswa dan lingkungan sekolah juga
dengan mempertimbangkan sarana dan prasarana yang tersedia di tempat atau
lingkungan yang bersangkutan.
Proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaturan
kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan
jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal yaitu
pembelajaran atau lingkungan belajar. Selain itu para pakar teori belajar
membedakan pengetahuan menjadi dua yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan Deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah
pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat
diterapkan diantaranya : training model, active teaching model, mistery
teaching, explicit intruction dengan menggunakan berbagai metode
diantaranya metode ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, penelitian,
demonstrasi dan lain sebagainya.
Penggunaan metode-metode tersebut tentunya harus
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan contohnya untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang menyangkut tentang ibadah (Wudlu, Sholat, Baca Tulis Al Qur`an, Haji dan lain-lain ) jangan gunakan metode ceramah saja
karena siswa akan merasa bingung dan kurang memahami sepenuhnya, sebaiknya
gunakanlah metode demonstrasi atau Praktik sehingga anak tahu dan faham gerakan
atau cara yang tepat dalam pelaksanaannya.
2. Metode Demonstrasi Sebagai Strategi Dalam
Pembelajaran.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau
benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang
sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi, proses
penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam,
sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat
mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran
berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan
proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu,
proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau
melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan
kekurangannya sebagai berikut :
a. Kelebihan Metode demonstrasi :
1) Dapat membuat
pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme
(pemahaman secara kata-kata atau kalimat.
2) Siswa lebih mudah
memahami apa yang dipelajari.
3) Proses pengajaran
lebih menarik
4) Siswa dirangsang
untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba
melakukannya sendiri.
b. Kekurangan Metode Demonstrasi :
1) Memerlukan banyak
waktu
2) Banyaknya media/alat
yang digunakan
3) Metode ini akan
kurang efektif apabila alat peraga / media kurang memadai.
4) Metode ini akan sukar
dilaksanakan apabila siswa belum matang/siap untuk melaksanakan eksperimen.
Banyak cara untuk
mencapai tujuan pembealajaran yang memuaskan siswa sehingga terjadi perubahan
belajar dalam dirinya. Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang seirama dengan kondisi siswa,
tujuan dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan. Untuk pembelajaran
tertentu kadang ada metode yang cocok dan ada juga metode yang tidak cocok
digunakan. (Suyatno, 2009: 13).
Guru perlu memilih
metode pembelajaran yang cocok untuk strategi pembelajaran yang ditetapkan
menurut caranya sendiri. Pemilihan strategi pembelajaran dalam rangka
membelajarkan siswa harus dibangun atas dasar asumsi bahwa tidak ada satupun
metode atau apapun namanya yang dapat digunakan dengan baik untuk semua bahan
kajian.
Strategi pembelajaran
adalah upaya yang dilakukan oleh perancang dalam menentukan teknik penyampaian
pesan, penentuan metode dan media, alur isi pelajaran serta interaksi antara
pengajar dan peserta didik (Dewi Salma Prawiradilaga, 2004: 37).
Pendapat di atas
menunjukan bahwa seorang guru hendaklah memiliki kemampuan berbagai teknik
untuk menyampaikan materi dan dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta
didik. Selain itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi
yang didalamnya terdapat pendekatan, model dan teknik secara spesifik.
Dijelaskan pula oleh
Arthur L. Costa yang dikutip oleh Iryanto, (2007: 129) bahwa strategi belajar
merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke
waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan.
Sementara itu
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, strategi
pembelajaran harus dilakukan dengan jalan olah pikir, olah hati, olah rasa dan
olah raga. Jadi jelas kegiatan pembelajaran bukan hanya penguasaan konsep
secara teori tapi juga seluruh panca indra harus dilibatkan.
Kemudian uraian yang
lebih spesifik dinyatakan di dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Menurut PP tersebut pembelajaran dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta member ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Strategi pembelajaran
dapat dikembangkan secara makro atau mikro. Strategi pembelajaran makro adalah
strategi pembelajaran yang diterapkan untuk kurun waktu satu tahun atau satu
semester, sedangkan strategi pembelajaran mikro dikembangkan untuk satu
Kegiatan Belajar Mengajar. Strategi pembelajaran dilaksanakan melalui:
a. Pemanfaat media (OHP materials, Program VCD, lingkungan dan seterusnya).
b. Pemilihan metode (diskusi, belajar kooperatif, praktik dan seterusnya).
c. Alokasi waktu (satu jam pelajaran, satu semester dan seterusnya).
d. Alokasi narasumber (guru, ahli materi, master performer dan seterusnya).
Miarso menambahkan
selain keempat hal tersebut di atas penentuan strategi belajar juga berkaitan
dengan sarana dan biaya yang tersedia. Semakin banyak biaya semakin banyak
ketersediaan sarana dan semakin besar pula raihan prestasi belajar bagi anak
didik.
Syaeful Bakhri Djamarah
(1997) dalam aplikasi strategi pembelajaran aktif dikelompokan menjadi tiga
bagian yaitu:
a.
Bagaimana membantu siswa
aktif sejak awal, misalnya strategi tim membangun, penilaian mendadak, dan
keterlibatan langsung.
b.
Bagaimana membantu siswa
untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang aktif misalnya
strategi pembelajaran kelas, diskusi kelas, kolaborasi, dan peer teaching.
c.
Bagaimana membuat
pembelajaran yang tidak terlupakan, misalnya review, penilaian diri dan
perencanaan masa depan.
Jika kita kaji pendapat
seorang ahli teknologi pendidikan yang mengatakan bahwa proses belajar terjadi
melalui panca indera, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda.
Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang
dapat berlangsung lancar.
Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Magnesen (Drayden dan Vos, 1999:46) belajar terjadi dengan:
1.
Membaca sebanyak 10%
2.
Mendengar sebanyak 20%
3.
Melihat sebanyak 30%
4.
Melihat dan mendengar sebanyak
50%
5.
Mengatakan sebanyak 70%
6.
Mengatakan sambil
mengerjakan sebanyak 90%
Pemberdayaan optimal
dari seluruh indra seseorang dalam belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi
seseorang. Melalui media pembelajaran, belajar paling tinggi terjadi sebanyak
50%. Ternyata seseorangyangbelajar dan terlihat langsung dengan suatu kegiatan
atau mengerjakan sesuatu mencapai 90%, maka dianggap sebagai cara yang terbaik
dan bertahan lama.
Suyatno (2009: 30)
menjabarkan pendapat para pakar yang membagi siswa yang belajar menjadi lima
kelompok yaitu Gift, Conseptual, Contextual, slow learnes dan Disabilities.
Dan penelitian Asian
Development Bank (2009) menemukan bahwa 60% pembelajar di Indonesia adalah
contextual. Siswa yang contextual adalah siswa yang baru dapat belajar kalau
guru membantu mengaitkan apa yang dipelajarinya di kehidupan sehari-hari disekitar
pembelajaran yang bersangkutan, pembelajaran harus dilakukan dengan cara memberi
siswa kesempatan untuk mengalami sendiri dan berlangsung pada kondisi yang
alami.
Melihat dari kenyataan
itu adalah tugas bagi seorang guru untuk dapat mengatur strategi pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak guru
yang hanya mengajar pada jenjang fakta dan konsep sehingga pembelajaran hanya
berkutat pada ceramah saja, siswa tidak pernah diajak untuk menerapkan secara
nyata sesuai dengan lingkungannya. Dan pada akhirnya, siswa selamanya tidak
mampu melakukan meskipun mereka mengerti.
Penggunaan metode
demonstrasi sebagai strategi pembelajaran adalah cara yang tepat karena metode
demonstrasi melibatkan indra siswa untuk melihat, mendengar, mengatakan dan
melakukan sesuatu sehingga apa yang dilakukan dapat senantiasa terus diingat.
Bahkan bila pembelajaran dilakukan sendiri oleh siswa maka mereka akan terus
mengingat peristiwa tersebut.
Metode demonstrasi atau
yang disebut juga metode praktek adalah salah satu dari banyak metode yang
digunakan untuk menyampaika materi pembelajaran dan dianggap memudahkan peserta
didik dalam memahaminya.
Metode demonstrasi
adalah cara atau teknik yang digunakan untuk menyampaikan materi dengan cara
simulasi baik secara individu maupun kelompok yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan (Sumardi, S.Pd, 325, 15, www.smeru.or.id, 12 Nopember 2010)
Penggunaan metode demonstrasi
diterapkan pada materi-materi yang membutuhkan kecakapan dan ketelitian yang
melibatkan anggota gerak pada tubuh kita. Apalagi penerapannya dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam yang berkaitan dengan bab ibadah seperti wudhu, sholat
dan sejenisnya. Seorang guru Pendidikan Agama Islam harus menggunakan metode demonstrasi
dalam penyampaiannya karena dalam materi wudhu atau sholat terdapat kegiatan
yang melibatkan anggota gerak dan harus dilakukan dengan benar, maka harus ada
bimbingan seorang yang ahli atau menguasai gerakan-gerakan tersebut dengan
sempurna, apalagi hal tersebut terkait dengan syariat islam, maka apabila ada
sedikit saja kesalahan baik dalam ucapan atau gerakan maka akan berakibat fatal
dan akan dianggap merusaka syariat islam seperti sabda Rasulullah SAW: ”sholatlah
(kalian) seperti kau lihat aku sholat (HR. Bukhori)”. Oleh karena itu
pemberian materi praktik pada bidang studi Pendidikan Agama Islam merupakan
keharusan.
Metode demonstrasi jika diterapkan sebagai strategi dalam pembelajaran sangatlah tepat
karena dibutuhkan keterampilan dan ketelitian dalam pelaksanaannya baik saat di
sekolah maupun di masyarakat.
Penerapan metode praktek
dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan berbagai teknik
pembelajaran yang dapat dipilih sebagai strategi pembelajaran, yang harus
diperhatikan adalah antara guru dan peserta didik dapat bersosialisasi,
interaksi, menekan emosi dan hal lain yang diperoleh secara integrasi. Ingatlah
bahwa:
a)
Anak belajar melalui
belajar (learning by doing).
b)
Anak belajar melalui
pancra indra.
c)
Anak belajar melalui
bahasa.
d)
Anak belajar dengan
bergerak (Suyatno, 2009: 102).
Dengan menimbang pada
penjelasan di atas maka metode demonstrasi dapat dikembangkan pada
beberapa model pembelajaran seperti learning strategi (strategi-strategi
belajar), inkuiri learning, active learning, quantum learning dan lain
sebagainya.
Terkait dengan materi
Pendidikan Agama Islam metode demonstrasi sangat cocok
dikembangkan dengan model pengajaran langsung. Model pengajaran langsung adalah
suatu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses mengajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang
bertahap selangkah demi selangkah.
Dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam terdapat beberapa materi yang harus dikuasai oleh peserta
didik baik secara materi maupun praktek misalnya pada bab sholat. Pada materi
tersebut selain harus benar dalam pengucapan juga harus tepat dalam melakukan
gerakan. Dengan menggunakan model pengajaran langsung yang menyajikan
penguasaan deklaratif yaitu pengetahuan yang dapat diungkapkan dengan kata-kata
dan dipadukan dengan pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu, dianggap tepat untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
dalam materi terkait.
Terlebih lagi jika dilengkapi
dengan langkah-langkah yang tepat dalam pengajaran langsung yang meliputi:
a. Menyampaikan tujuan
Siswa harus mengetahui dengan jelas mengapa
mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu dan mereka perlu
mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta
dalam pelajaran itu.
b. Menyiapkan siswa
Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian
siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan
kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya yang relevan dengan pokok
pembicaraan yang akan dipelajari.
c. Presentasi dan demonstrasi
Menjelaskan atau menginformasikan dengan
sejelas-jelasnya materi ajar secara efektif.
d. Mencapai kejelasan
Memberikan informasi yang jelas dan lebih
spesifik kepada siswa.
e. Melakukan demonstrasi
Memberikan contoh kepada peserta didik agar
mereka belajar dan mengamati dengan melihat, yang tujuannya agar tidak terjadi
trial and error.
f. Mencapai pemahaman dan penguasaan
Untuk menjamin agar siswa melakukan gerakan atau
tingkah laku sesuai dengan contoh yang diberikan.
g. Berlatih
Agar gerakan yang didemonstrasikan makin
sempurna, maka perlu dilatih berulang-ulang.
h. Memberi latihan terbimbing
Dalam proses peningkatan kualitas, maka perlu
pelatihan disertai bimbingan dari guru.
i.
Mengecek pemahaman dan
memberi umpan balik
Diadakan evaluasi secara terstruktur untuk
melihat perkembangan dari hasil belajar.
j.
Memberi kesempatan untuk
latihan mandiri
Pemberian tugas kepada siswa untuk lebih
memantapkan materi yang baru didapatnya.
Keberhasilan siswa
adalah buah dari baiknya proses pembelajaran yang dikelola dengan baik.
Demikian pula dengan materi dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam yang
menerapkan metode praktek sebagai strategi dalam penyampaian materi diharapkan
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari segi teoritis yaitu
penguasaan materi maupun praktek yaitu melakukan olah tubuh dengan benar.
B. Prestasi Belajar Siswa
1) Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil
yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan lain sebagainya). Dari pendapat
tersebut dapat dijelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari
suatu kegiatan, dalam hal ini tentunya kegiatan belajar mengajar di lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal dari jenjang Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi.
Prestasi dapat diraih
dengan berbagai cara dan berbagai usaha baik dalam bentuk moril maupun materil,
prestasi juga dapat dicapai dengan ketekunan dan kesungguhan dalam melakukan
suatu kegiatan atau usaha seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW: ”Barang
siapa yang bersungguh (dalam usahanya) maka (dia) akan berhasil.”
Demikian juga dalam hal
pendidikan, seorang guru atau siswa dapat prestasi yang baik jika mau
melaksanakannya dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya jika kita malas untuk
melakukan sesuatu maka prestasipun akan sangat sulit diraih.
Sumadi Suryabrata
mengatakan bahwa keberhasilan dalam meraih prestasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Faktor keturunan
Jika seseorang itu adalah keturunan dari orang yang sukses maka dia pun
akan menjadi orang yang suskes.
2. Faktor kecerdasan
Seseorang akan meraih kesuksesan apabila dia memiliki kecerdasan baik
dalam hal ilmu pengetahuan maupun skill.
3. Faktor keberuntungan
Seseorang dapat meraih keberhasilan karena faktor keberuntungan tapi hal
ini tidak dapat dijadikan patokan karena hanya orang tertentu saja yang
mendapatkannya.
Dari faktor-faktor yang
tersebut di atas, yang paling banyak menentukan adalah faktor kecerdasan karena
kecerdasan dapat dikelola dan dilatih sedemikian rupa oleh yang bersangkutan
sehingga dapat menghasilkan prestasi yang diharapkan, selain itu pula
kecerdasan dapat membawa seseorang kepuncak prestasi karena seorang yang
memiliki kecerdasan cenderung ingin menampilkan kemampuan yang dimilikinya itu
secara maksimal dan menunjukan kecerdasannya itu ke khalayak umum sehingga
pihak-pihak tertentu dapat mengangkat prestasinya ke dalam ajang kompetisi dan
dari situlah akan terlihat setinggi apa prestasinya itu.
Prestasi akan diperoleh
dengan adanya keuletan dan ketekunan juga kesabaran dalam melatihnya, karena
tidak sedikit orang yang gagal meraih prestasinya hanya karena mereka mudah
putus asa dan tidak sabar dalam menjalankan pelatihan atau pendidikan, bahkan ada
juga yang merasa pesimis dalam sebelum melaksanakan kompetisi.
Prestasi belajar siswa
dapat dilihat dari hasil evaluasi yang merupakan salah satu dari komponen
kegiatan pembelajaran. Dengan adanya evaluasi dapat diketahui apakah materi
pelajaran telah tersampaikan dengan baik atau sebaliknya, itulah peranan dari
evaluasi. Seperti yang dikemudian oleh Wayan Nurkencana bahwa fungsi evaluasi
adalah untuk mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat
kita lanjutkan dengan bahan yang baru ataukah kita harus mengulangi kembali
bahan-bahan yang telah lampau.
Pendapat lain juga
dikemukakan oleh W.S. Winkel bahwa prestasi belajar merupakan bukti
keberhasilan usaha yang dicapai. Dengan demikian prestasi belajar adalah bukti
keberhasilan siswa dalam belajar pada bidang studi tertentu dan pada periode
tertentu yang diukur dengan tes (evaluasi) dan dapat dijadikan dalam bentuk
angka. Untuk mengetahui prestasi belajar seseorang siswa dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, sudah seharusnya seorang guru Pendidikan Agama Islam
haruslah mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Dengan evaluasi ini
diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan suatu proses belajar
mengajar sehingga siswa mampu menguasai materi dan dapat meraih prestasi yang
diharapkan.
Prestasi belajar siswa
yang dicapai oleh individu merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik dari faktor internal maupun dari faktor eksternal, jadi
prestasi belajar siswa itu merupakan gambaran daripada hasil belajar siswa.
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar dan hasil belajar seperti yang dikemukakan
oleh Tabrani Rusyana bahwa ada empat faktor yang dapat mempengaruhi proses
hasil belajar, yaitu:
1. Bahan atau hal yang harus dipelajari
Banyak bahan pelajaran, kesulitan dan manfaat
bahan pelajaran ikut menentukan hasil belajar. Bahan pelajaran yang terlampau
panjang cenderung menimbulkan kejenuhan pada siswa. Taraf kesulitan bahan
pengajaran dan kemampuan peserta didik akan mempengaruhi kecepatan belajar.
2. Faktor-faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat berupa:
a. Lingkungan alam dan lingkungan fisik
b. Lingkungan sosial.
3. Memuaskan instrumental (instrumental input)
Faktor instrumental merupakan faktor yang
termasuk pada proses belajar. Bentuknya tergantung pada strategi belajar
mengajar dan pada hasil belajar yang diharapkan, wujudnya berupa perangkat
keras (gedung, perlengkapan dan sebagainya) dan perangkat lunak (kurikulum,
program, pedoman belajar dan sebagainya).
4. Kondisi individu peserta didik
Dapat dibedakan antara kondisi fisiologis dan
psikologis, yang termasuk kondisi fisiologis yaitu keadaan panca indra dan
kondisi kesehatan, yang termasuk kondisi psikologis yaitu perhatian,
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegensia, bakat dan
motif.
Sedangkan yang dimaksud
hasil belajar adalah ”jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.”
Menurut Abin Syamsudin,
bahwa hasil belajar yang sering disebut prestasi belajar, dapat
dimanifestasikan dalam wujud:
1. Pertumbuhan materi pengetahuan berupa fakta, informasi, prinsip atau
hukum kaidah prosedur atau pola kerja, teori sistem nilai dan lain sebagainya.
2. Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan), proses berfikir
mengingat atau mengenali kembali, perilaku afektif (sikap apresiasi, penghayatan
dan sebagainya), perilaku psikomotor (keterampilan- keterampilan), psikomotorik termasuk yang
bersifat ekspresif.
3. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian yang baik, yang tangible maupun
yang intangible.
Berdasarkan uraian di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa adalah hasil yang
telah dicapai atau diperoleh oleh siswa dalam suatu proses kegiatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga didapatkan adanya perubahan
tingkah laku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik sebagai
hasil belajar siswa yang dapat diwujudkan dalam bentuk angka/nilai.
Melihat uraian dari
beberapa tentang prestasi belajar di atas. Maka diketahui bahwa prestasi
belajar siswa atau anak didik, baik secara individu maupun kelompok. Disamping
itu, juga berguna bagi guru sebagai umpan balik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, sehingga akan mengetahui kesulitan yang dihadapi anak didik
dalam keberhasilan atau lancarnya proses belajar mengajar.
Prestasi belajar yang
dicapai siswa pada umumnya ditunjukan oleh angka/huruf yang dituangkan dalam
buku raport. Buku raport berisi laporan tentang prestasi belajar siswa sebagai
hasil belajarnya secara khusus kepada orang tua/wali siswa. Kegiatan laporan
ini merupakan salah satu kegiatan administrasi sekolah. Dalam hal ini B. Suryo
Subroto, (1998:58) menyatakan sebagai berikut:
Laporan hasil kemajuan
belajar yang dikirim kepada orang tua (wali siswa) biasa disebut Buku Raport, buku
raport ini dimaksudkan sebagai informasi dari guru (sekolah) perihal
keberhasilan anak dalam belajar kepada orang tua mereka masing-masing.
Dengan demikian
diharapkan ada tanggapan (feed back) positif dari orang tua untuk meningkatkan
lagi kemajuan belajar anak-anaknya. Perubahan perilaku siswa yang diharapkan
sebagai hasil belajar yang telah dilaluinya mengindikasikan bahwa proses
belajar mengajar mencapai kategori berhasil, kurang berhasil atau gagal. Dalam
hal ini Syaiful Bahri Djamaran berpendapat sebagai berikut:
”Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar
mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik individual maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus
(TPK) telah mencapai olehh siswa baik secara individual maupun kelompok.
Tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai secara maksimal memerlukan syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang diperlukan bagi pencapaian keberhasilan pembelajaran
khususnya dalam pendidikan agama islam menurut Chabib Thoha mendefinisikan
beberapa aspek tingkah laku siswa sebagai hasil belajarnya. Syarat-syarat yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Keberhasilan belajar pada aspek kejiwaan yang ditunjukkan dengan adanya
sikap kematangan yaitu sikap kemandirian.
2. Keberhasilan belajar pada aspek keagamaan yakni ditunjukkan dengan adanya
sikap anak yang positif dalam menanggapi agama islam memiliki keyakinan yang
kuat terhadap agama islam, dan memiliki akhlakul karimah.
3. Keberhasilan belajar pada aspek kecerdasan ditunjukkan dari baiknya
prestasi belajar di sekolah.
2) Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dirinya sendiri
(internal) maupun dari luar dirinya (eksternal), bahkan menurut Muhibin Syah,
mengemukakan bahwa faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap proses
pembelajaran dan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor
tersebut.Oleh karena itu, pengalaman guru terhadap faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa yang penting sekali artinya dalam rangka
membantu siswa mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Proses
pembelajaran yang diikuti oleh siswa diharapkan siswa mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan materi yang telah dipelajarinya, sehingga dapat
mencapai sasaran yang tepat terhadap setiap aspek pendidikan yang meliputi
aspek kognitif (pengetahuan) aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik
(keterampilan).
1. Aspek kognitif (keilmuan)
Pendidikan agama islam
sebagai salah satu mata pelajaran yang diterapkan di lembaga pendidikan
sekolah, diharapkan siswa memperoleh materi yang sesuai dengan kurikulum supaya
mata pelajara Pendidikan Agama Islam sebagai ilmu pengetahuan yang perlu
dihafal, dimengerti dan dihayati.
2. Aspek afektif (sikap)
Aspek lain yang menjadi objek Pendidikan Agama
Islam adalah aspek afektif, aspek ini sedikit sulit untuk menentukan sampai
dimana sikap siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, hal ini
tentunya dapat dilihat dari informasi orang tua, teman bermain atau dari guru
wali kelas. Disamping itu dapat pula dilihat dari gejala yang ada, seperti
apabila siswa mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Islam itu sungguh-sungguh
atau berminat besar untuk belajar Pendidikan Agama Islam berarti siswa
mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Aspek psikomotor (keterampilan)
Selain siswa menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi setelah proses pembelajaran di sekolah,
diharapkan siswa mampu untuk menghayati dan mampu untuk mengamalkan hasil
belajar dalam bentuk amaliyah yang merupakan salah satu materi yang diajarkan
di sekolah dan sasaran inilah yang diharapkan dalam pendidikan siswa mengerti,
menghayati dan mampu untuk mengamalkannya.
Tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar telah banyak ditemukan oleh para ahli pendidikan
dimana faktor-faktor yang mereka kemukakan cukup beragam, tapi pada dasarnya
dapat dikategorikan ke dalam dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri pelajar dan faktor yang datang dari luar diri pelajar atau faktor
lingkungan. Faktor yang datang dari diri pelajar terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan pelajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil
belajar yang dicapai. Disamping kemampuan, faktor lain juga mempunyai
kontribusi terhadap hasil belajar seseorang ialah motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan faktor
psikis. Adanya pengaruh dalam diri pelajar merupakan hal yang logis jika
dilihat bahwa perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
disadarinya. Jadi sejauhmana usaha pelajar untuk mengkondisikan dirinya bagi
perbuatan pelajar, sejauh itu pula hasil belajar akan dicapai.
Meskipun demikian, hasil
belajar yang dicapai oleh pelajar masih dipengaruhi oleh faktor yang datang
dari luar dirinya yang disebut lingkungan. Salah satu lingkungan belajar yang
paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran
yang dikelola oleh guru.
Dalam proses belajar
mengajar, faktor guru dan murid adalah mutlak. Tidak akan ada proses mengajar
kalau tidak ada pengajar dan tidak ada pelajar, maka tidak ada proses belajar.
Dalam hal ini, maka guru dan murid berada dalam suatu proses yaitu proses
belajar mengajar.
Hasil belajar murid,
kemajuan atau kemundurannya ditentukan oleh beberapa faktor sosial, baik yang
terdapat di dalam sekolah maupun yang di luar sekolah, seperti bakat anak,
kecakapan dan ketangkasan belajar, tuntutan guru, kebudayaan kelompok sebaya,
kondisi keluarga atau motivasi. Untuk mendapatkan efisiensi hasil belajar yang
optimal, maka perlu diperhatikan berbagai faktor atau kondisi-kondisi yang
mempengaruhi proses belajar mengajar.
Adapun faktor-faktor
atau kondisi itu antara lain:
1.
Situasi belajar.
2.
Faktor kegiatan,
penggunaan ulangan.
3.
Latihan yang sistematis.
4.
Kepuasan dan pengetahuan
kemajuan, kemajuan dicapai.
5.
Faktor asosiasi.
6.
Faktor apersepsi.
7.
Faktor kematangan
individu.
8.
Faktor minat dan usaha.
9.
Faktor intelegensi.
10. Penggunaan alat-alat peraga.
11. Prinsip hukuman dan ganjaran.
12. Menghindari kesalahan-kesalahan pedagogis.
13. Transfer dalam belajar.
14. Bimbingan yang sistematis dari guru.
Sedangkan pendapat
Skinner mengajukan tiga prinsip, untuk memperoleh efisiensi hasil belajar
yaitu:
1. Law of Readness (prinsip kesiapan)
Artinya untuk memperoleh efisiensi belajar hendaknya dimulai dengan
memperhatikan kesiapsediaan pelajar.
2. Law of Exercise (hukuman latihan)
Belajar yang efisien hendaknya disertai dengan latihan-latihan yang
sistematis dan teratur.
3. Law of Intersity (hukuman intensitas)
Bila dengan intensitas situasi emosional yang (favorable) akan memperoleh
hasil yang besar.
Adapun Carol
mengemukakan bahwa, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh :
1. Bakat belajar.
2. Waktu yang tersedia untuk belajar.
3. Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran.
4. Kualitas pengajaran.
5. Kemampuan individu.
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
Ø Faktor internal siswa
Menurut Slameto,
faktor-faktor internal ini dibagi menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah
(fisiologis), faktor rohaniah (psikologis) dan faktor kelelahan.
a. Faktor jasmaniah (fisiologis)
1) Faktor kesehatan
Kondisi umum jasmani clan tonus (tegangan otot)
yang memadai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika
kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan cepat apalagi disertai
pusing-pusing kepala misalnya. Dapatlah menurunkan kualitas ranah cipta
(kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh atau badan.
b. Faktor ruhaniah (psikologis)
Menurut Muhibbin Syah (1995:143), ada lima faktor
yang termasuk faktor psikologis siswa antara lain:
1) Intelegensi siswa
Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikosifik, untuk beraksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat yang
terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke
dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan
konsep-kosep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat.
2) Sikap atau perhatian
siswa terhadap pelajaran
Perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu
objek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespon (respond
tedency) dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya,
baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif,
pertanda awal yang baik bagi proses belajar tersebut.
3) Minat siswa terhadap
pelajaran
Minat juga
adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek seseorang, suatu soal atau situasi
yang mengandung hubungan dengan dirinya. Minat besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar seperti yang dikemukakan oleh Usman Efendi dan Juhaya S. Praja
adalah bahwa belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa
minat.
4) Bakat siswa
Bakat atau
attitude menurut Hilgard adalah: The capacity to learn. Dengan kata lain bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Sedangkan secara umum bakat ialah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang.
5) Motivasi siswa
Motivasi juga
adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan.
6) Kematangan
Kematangan
adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru. Kematangan bukan berarti anak
dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu di perlukan
latihan-latihan dan pelajaran.
7) Kesiapan
c. Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang sulit untuk dipisahkan.
Kelelahan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu:
1) Kelelahan jasmani dan Kelelahan rohani (psikis)
Kelelahan jasmani
terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu
jadi hilang.
Ø Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap belajar, menurut Slameto dikelompokan menjadi tiga faktor:
a) faktor keluarga, b) faktor sekolah dan c) faktor masyarakat. Sedangkan
menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa
itu ada dua macam, yaitu: a) faktor lingkungan sosial dan b) faktor lingkungan
non sosial. Dan menurut Abin Syamsudin bahwa faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi belajar itu ada empat macam, yaitu: a) faktor sosial, b) faktor
budaya, c) faktor lingkungan fisik dan d) fakror lingkungan spiritual dan
keagamaan.
Dari ketiga pendapat tadi penulis mengambil
pendapat dari Slameto karena lebih luas cakupannya:
a. Faktor keluarga
1) Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Seperti yang dikatakan oleh Sutjipto Wirowidjojo
dengan penyataannya yang mengatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan
yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan
dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan, untuk pendidikan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
2) Relasi antara anggota
keluarga
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi
yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan
yang penuh dengan pengertian dan kasih sayang disertai dengan bimbingan dan
bila perlu hukuman untuk menyukseskan belajar anak itu sendiri.
3) Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksud sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada dan belajar.
4) Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar. Anak yang sedang
belajar itu selain terpenuhi segala kebutuhan pokoknya, misalnya pakaian,
perlindungan, kesehatan dan lain sebagainya. Anak juga membutuhkan fasilitas
belajar, dan hal itu dapat terpenuhi apabila keluarga mempunyai cukup biaya
atau uang.
b. Faktor sekolah
1) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara yang harus
dilalui dalam mengajar. Mengajar itu sendiri adalah menyajikan bahan pelajaran
oleh seseorang kepada orang lain agar orang lain juga menerima, menguasai dan
dapat mengembangkannya.
2) Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai jumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Menurut Hilda Taba dalam S. Nasution, mengartikan kurikulum sebagai a plan for
learning, yaitu suatu yang direncanakan untuk dipelajari anak-anak. Dengan
demikian baik atau buruknya hasil belajar ditentukan pula oleh kurikulum.
3) Guru/pengajar
Guru harus memiliki sifat dan kemampuan profesional sebagai pendidik,
dengan bertitik tolak pada kriteria sebagai berikut:
(a) Dia harus mengerti
ilmu mendidik, sehingga segala tindakannya dalam mendidik itu disesuaikan
dengan jiwa anak didiknya.
(b) Seorang guru harus
memiliki bahasa yang baik dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
(c) Seorang guru harus
mencintai anak didiknya, cinta yang mengandung arti menghilangkan kepentinga
diri sendiri untuk keperluan orang lain.
4) Sarana dan prasarana
belajar
Selain faktor guru dan metodenya yang baik, juga tidak dilepaskan dari ada
tidaknya alat-alat pengajaran atau sarana dan prasarana yang ada. Sebagai alat
belajar erat sekali hubungannya dengan cara belajar siswa. Alat pengajaran
lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan dan bahan pelajaran yang
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan
faktor ekstern yang juga berpengaruh keberadaannya siswa dalam masyarakat.
Masyarakat yang terdiri dari orang-rang yang tidak terpelajar, penjudi, dan
mempunyai kebiasaannya yang tidak baik akan berpengaruh jelek kepada anak yang
berada di sekitar tersebut. Khususnya terhadap belajarnya, sebaiknya jika lingkungan
anak adalah orang-orang yang terpelajar yang baik-baik, maka anak akan terbawa
dan terpengaruh juga orang-orang yang ada disekitarnya.
d.
Faktor pendekatan
Pendekatan belajar ialah
cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Faktor pendekatan ini juga berpengaruh terhadap
taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa. Seorang siswa yang terbiasa
mengaplikasikan pendekatan belajar misalnya mungkin sekali berpeluang untuk
meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang menggunakan
pendekatan belajar surface atau reproductive.
C. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan dan
pengajaran.
Dari pengertian di atas
dapat dipertegas, bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam
kegiatan belajar mengajar harus dilakukan dengan penuh rasa kesadaran dan
tanggungjawab melalui kegiatan bimbingan, pemahaman dan untuk mengamalkan
ajaran agama Islam dengan benar. Demikian pula dengan melaksanakan pendidikan
agama Islam juga memperhatikan keberadaan agama lain, memahami toleransi dan
saling menghargai demi terciptanya hubungan antar agama yang baik.
Untuk memperoleh
keberhasilan seperti diuraikan di atas, kegiatan mengajar harus memiliki tujuan
karena setiap kegiatan yang tidak memiliki tujuan akan berjalan tak tentu arah.
Tujuan yang jelas akan membuat orang lebih giat, terarah dan sungguh-sungguh.
Semua kegiatan harus berorientasi pada tujuannya. Segala usaha dan upaya dalam
pengajaran harus dipastikan pada pencapaian tujuan itu. Bahan ajar, metode dan
teknik pelaksanaan pengajaran, sarana dan prasarana yang digunakan harus dapat
menunjang tercapainya tujuan pengajaran dengan efektif dan efisien.
Oleh karena itu tujuan pengajaran harus berfungsi sebagai:
1.
Titik pusat perhatian
dan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengajaran.
2.
Menentukan arah kegiatan
pengajaran.
3.
Titik pusat perbuatan
dan pedoman dalam menyusun rencana kegiatan pengajaran.
4.
Bahan pokok yang akan
dikembangkan dalam memperdalam dan memperluas ruang lingkup pengajaran.
5.
Pedoman untuk mencegah
atau menghindari penyimpangan kegiatan.
Untuk memudahkan
penjelasan bagi siswa atau peserta didik, maka tujuan harus memperhatikan ciri
utama tujuan pendidikan pengajaran secara umum yaitu:
1.
Mudah dipahami, dapat
dilaksanakan untuk memperluas iman baik isi maupun caranya.
2.
Tidak bertentangan
dengan logika dan pertumbuhan rasa keinginan seseorang.
3.
Sesuai dengan umur,
kecerdasan dan tingkat perkembangan, keyakinan terhadap ajaran agama islam.
4.
Mendukung terlaksananya
ajaran agama yang mudah.
5.
Untuk mencapai tujuan
itu tidak menggunakan alat atau penjelasan yang merusak atau mengurangi citra
kesucian islam.
6.
Membimbing siswa ke arah
sikap yang sehat dan dapat membantu berinteraksi sosial dan memiliki hubungan
yang baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan orang lain, suka membantu orang, rasa
sayang terhadap yang lemah dan miskin, menganggap semua orang itu sama, menghargai orang lain dan
memelihara hak milik pribadi, negara dan
kepentingan umum.
7.
Membiasakan siswa
bersopan santun di rumah, sekolah dan dijalan. Sopan santun berkunjung,
berbicara, mendengar pembicaraan orang lain, berdiskusi dan pertemuan umum
lainnya. Dengan demikian mereka mengetahui bagaimana hidup dengan tingkah laku
yang terpuji di tengah masyarakat lingkungannya.
8.
Membina siswa agar
menghargai kerja, meyakini kepemimpinan kerja, baik terhadap individu maupun
masyarakat, serta peranannya terhadap peningkatan taraf hidup dan kemajuan
bangsa.
9.
Menjelaskan pada mereka
bahwa tahayul-tahayul dan kebiasaan yang negatif dan tersebar di masyarakat
bertentangan dengan ajaran agama dan menghambat kemerdekaan berfikir.
10. Siswa merasa bangga dengan warisan kebudayaan islam, kemegahannya yang
abadi, kepahlawanan, kepemimpinan pemimpin islam dan karya-karya mereka diwaktu
perang ataupun damai. Sehingga mereka ingin mengenal dasar sejarah para
pahlawan yang menyisakan contoh teladan dan kemerdekaan.
11. Menyadari bahwa ikatan yang baik pada Rasulullah dan sejarah para
sahabat. Guru memiliki tanggungjawab yang besar dalam cara menyajikan materi
ini kepada siswa. Dengan gaya bahasa yang mampu menyita perhatian mereka, baik
melalui cerita maupun bercakap-cakap. Guru membutuhkan keahlian yang dapat
membuat mereka mau mengambil suri tauladan dari sejarah Rasulullah dan
sahabat-sahabat beliau-beliau untuk pengalaman hidupnya.
12. Menjelaskan kedudukan jihad di jalan Allah, dalam mengembangkan ajaran
agama, membela hak milik dan tanah air kaum muslimin. Bagaimana Rasulullah
secara terus menerus menjalankan dakwahnya, berjuang melawan orang-orang
musyrik, yahudi dan golongan orang munafik hingga islam berkembang pesat.
Bagaimana pula cara beliau mamaparkan hukum-hukum islam di jazirah Arab.
Kesemua itu ditanamkan di dalam peserta didik, rasa cinta kepahlawanan,
keinginan mengikuti rosul, rela berjihad demi membela bangsa, tanah air dan
menegakkan agama Allah.
13. Memperkuat rasa nasionalisme yang tercermin dalam kecintaan tanah air,
loyal, siap berkorban, memelihara kemerdekaan dan memahami bahwa itu semua
merupakan prinsip-prinsip agama islam.
14. Siswa mengetahui bahwa agama islam adalah agama ketertiban, persaudaraan
dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa walau berbeda keyakinan, warna kulit
maupun tanah air.
Tujuan pendidikan agama
islam merupakan refleksi dari ajaran agama islam yang terkandung dalam
maksud-maksud syari’ah (muqosid as syariah) yang terdiri dari berbagai alasan
yang berkaitan dengan kebutuhan hidup yang pokok, yang sifatnya dunia yaitu
sesuatu yang mesti ada dalam kehidupan normal misalnya (1) Agama keyakinan dan
aqidah serta amalan dan ajarannya, (2) Keselamatan jiwa dan raga, (3) keturunan
anak cucu, (4) harta, (5) akal dan kehormatan.
Tujuan pendidikan agama
islam juga berorientasi pada upaya melengkapi dan menyempurnakan hidup,
sehingga keperluan mudah didapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan.
Mewujudkan keindahan, ketertiban, kesempurnaan, menambahkan intim pergaulan,
berpakaian yang bersih, serasi dan pantas untuk mengerjakan ibadah..
Melihat dari teori-teori
yang diungkapkan di atas ternyata sesuai dengan kondisi yang ada di SDN 2
Cisaat. Prestasi belajar siswa di SD Negeri 2 Cisaat dinilai cukup baik, terbukti
dengan banyaknya penghargaan yang didapat dari even-even baik tingkat kecamatan
maupun tingkat kabupaten termasuk di bidang keagamaan. Namun demikian prestasi
yang diraih itu lebih banyak dari segi pengetahuan teoritis sedangkan prakteknya
masih harus ditingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar